Minggu, Juni 1, 2025
  • Home
  • Narasi
    • Artikel
    • Opini
    • Analisis
  • Puisi
  • Umum
    Perbandingan Konsep Negara menurut Ilmuwan Barat versus Ilmuwan Muslim : Thomas Hobbes versus Ibnu Khaldun

    Perbandingan Konsep Negara menurut Ilmuwan Barat versus Ilmuwan Muslim : Thomas Hobbes versus Ibnu Khaldun

  • Publikasi
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Narasi
    • Artikel
    • Opini
    • Analisis
  • Puisi
  • Umum
    Perbandingan Konsep Negara menurut Ilmuwan Barat versus Ilmuwan Muslim : Thomas Hobbes versus Ibnu Khaldun

    Perbandingan Konsep Negara menurut Ilmuwan Barat versus Ilmuwan Muslim : Thomas Hobbes versus Ibnu Khaldun

  • Publikasi
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
Suarasanggabuana
No Result
View All Result
Home Cerita

Kampung, Sungai dan Laut : Khotib

Sanggabuana by Sanggabuana
November 1, 2024
in Cerita
2
Kampung, Sungai dan Laut : Khotib

Doc. KTLV, Leiden University (digitalcollections.universiteitleiden.nl) : Gezigt op Lebak -Vue de Lebak_1846

4
SHARES
77
VIEWS
Share on FacebookShare on WhatsappShare on Telegram

Cerita :

“Jika di Cipurun, Panggarangan – Lebak, ada Ali – Sarniti, di Bayah – Lebak, ada Santarip, di Sukasari, Panggarangan – Lebak, ada Mak Enjun, yang merupakan Orang termiskin di Kampungnya. Di Cihara, ada Khotib, yang hari-harinya menggantungkan hidup pada Sungai dan Laut, menangkap “Impun” (ikan jenis : ghobi amphidromous), Lobster dan Sidat. Sebuah cerita hidup Orang Kampung yang nyata.”

Hidup Harian

Khotib merupakan salah satu Penangkap Impun tetap, di Sungai Cihara. Rumahnya berada di salah satu Kampung di Desa Cihara. Tepatnya, di Kampung Cicatang. Bersama Istri dan satu Puterinya, Khotib tinggal di sebuah Gubuk panggung, di pinggir Sungai Cicatang, yang merupakan salah satu Anak Sungai Cihara. Sebuah Sungai yang dahulu wilayah hulunya dilindungi oleh orang Cicatang.

Foto sungai cihara, musim impun pertengahan Tahun 2023 : Parung Dahu, tempat biasa Khotib memasang Buwu – menangkap Impun

Keseharian Khotib, hidup antara Rumah, Sungai Cihara dan Laut. Setiap pagi, Khotib selalu pergi ke Sungai Cihara, untuk memeriksa pancing atau “Teuger” yang dia pasang setiap sore hari, menjelang Maghrib. “Teuger,” memang bukan merupakan aktivitas harian Khotib yang biasa dia andalkan untuk memberi makan Istri dan anaknya. Sebagai, mata pencaharian sampingan, selain Impun dan Lobster. Jika sedang beruntung, penghasilannya dari hasil tangkapan “teuger” cukup lumayan. Sebab, selain Impun, di Sungai Cihara juga bisa dijumpai jenis ikan lainnya, Sidat misalnya. Ikan ini, merupakan jenis ikan yang Khotib incar dengan “Teugernya”, ketika musim Impun belum tiba.

Pada tahun 2019, Kotib sempat mendapatkan Sidat dengan panjang 1 meter lebih dan berat sekitar 5 Kg, dari “Teugernya”. Sidat tersebut, dia jual dengan harga Rp.1.500.000. pendapatan ini, merupakan pendapatan terakhir Khotib yang cukup lumayan dari “Teuger”, setelah Tambang Pasir Kuarsa beroprasi disekitaran Sungai Cihara. Sebelum Tambang Pasir Kuarsa beroprasi, Khotib cukup sering mendapatkan Sidat dari “Teugernya”. Hinga hari ini, belum ada lagi Sidat yang terjerat oleh “Teuger” Khotib. Terakhir kali Khotib memasang “Teuger” di Sungai Cihara, pada tanggal 30 Juni 2023, sore kemarin.

Biasanya, selepas Khotib memeriksa “Teuger”, dia melanjutkan rutinitasnya dengan memungut kelapa disekitaran Sungai Cihara, sekitar Parungdahu dan Parungkalam, atau kelapa yang kebetulan hanyut di Sungai Cihara. Hal ini, merupakan aktivitas rutin yang Khotib lakukan, terutama jika “Teuger” tidak mendapatkan hasil. Selanjutnya, hasil kelapa Khotib akan dikumpulkan dirumahnya. Selambat-lambatnya, setiap seminggu Khotib menjual kelapanya kepada penampung. Aktivitas memungut kelapa memang tidak pasti. Namun, pada kenyataannya, Khotib mampu memberi jajan Anaknya untuk jajan di Sekolah, bahkan untuk membeli Rokok. Aktivitas memungut kelapa, hamper selalu Khotib lakukan selepas memeriksa “Teuger” di Sungai Cihara dan setelah memeriksa hasil “Jodang” di Laut, yang sesekali Khotib kerjakan.

Foto : Alat tangkap Lobster Tradisional / Jodang

“Menjodang” – “Jodang”, merupakan kegiatan mengambil Lobster di Laut, secara tradisional. Untuk “Menjodang”, Khotib diberi alat tangkap oleh seorang tengkulak. Kebutuhan konsumsi, seperti Rokok, kopi dan makanan ringan akan ditanggung oleh tengkulak tersebut. Dengan aturan, Khotib harus menjual hasil tangkapan Lobsternya kepada si tengkulak. Untuk “Menjodang”, Khotib akan memasang jala Lobster sore atau malam hari, dengan menggunakan pelampung dari Ban Mobil yang kemudi hilir mudiknya dengan seutas tambang yang diikatkan pada karang. Selanjutnya, jala Lobster akan diangkat pada pagi hari, saat fajar.

Penghasilan Khotib dari “Menjodang” ditentukan oleh pengkelasan harga pasar Lobster, antara “Penjodang” tengkulak kecil sampai tengkulak yang lebih besar di wilayah Binuangeun – Wanasalam. Lobster yang cacat, seperti Lobster yang salah satu kakinya putus atau salah satu belalainya putus tidak akan di beli oleh tengkulak, tidak laku di Pasar Lobster. Belum lagi, pengkelasan harga dari perbedaan jenis Lobster dan ukuran Lobster.

Aktivitas ini, sangat beresiko bagi nyawa Khotib. Penghasilannya, ditentukan oleh kondisi Ombak di Laut. Tak jarang, jala Lobsternya, hilang tersapu oleh arus Laut. Hari ini, “Menjodang” sudah jarang dikerjakan oleh Khotib. Selain karena terlalu beresiko terhadap nyawa dan kesehatannya, penyebab lainnya adalah kondisi laut yang semakin rusak akibat limbah Tambang Pasir Kuarsa yang beberapa tahun kebelakang sempat beroprasi di sekitaran Sungai Cihara. Selain Khotib, ada juga “Penjodang” lainnya. Kini, seiring dengan belum pulihnya kondisi Laut dari pencemaran yang diakibatkan oleh Tambang Pasir Kuarsa, yang tersisa hanya saung-saung “Penjodang”, yang mulai membusuk di bawah pohon pandan, di pinggir sawah, dibeberapa titik pantai Cihara. Disbanding “Menjodang” menangkap impugn lebih menguntungkan bagi Khotib.

Saat ini, Khotib dan beberapa penangkap Impun lainnya sedang menanti kemunculan Impun di Sungai Cihara, tepatnya tanggal 22 Bulan Dzulhijjah kali ini. Biasanya, di hari-hari menunggu Impun naik dari Laut ke hulu Sungai, Khotib akan membenahi “Buwu” di Amben Rumahnya, sore hari atau malam hari. Khusus, untuk “Buwu” yang sudah melapuk, Khotib akan menggantinya dengan “Buwu” yang baru. “Buwu” terbuat dari Lidi Aren. Biasanya, saat ini, sepulang memungut kelapa, Khotib akan membawa pelapah Arena tau mengambil pelapah Aren di pinggir Rumahnya untuk membuat “Buwu” baru.

Dalam menangkap Impun, Khotib memiliki 6 (enam) “Buwu” sekurang-kurangnya. Jumlah ini, sebetulnya bisa bertambah atau ditambah Oleh Khotib. Namun, lokasi pemasangan “Buwu” tidak cukup untuk lebih banyak “Buwu”. Pemasangan “Buwu”, disesuaikan dengan lokasi pemasangan “Buwu” yang dipengaruhi oleh arus dan debit sungai Cihara. Selain itu, terdapat juga beberapa Orang yang memasang “Buwu” di lokasi yang sama. Setiap Orang, memiliki tempat memasang “Buwu” masing-masing. Setiap Orang penangkap Impun, akan memeriksa Sungai Cihara sejak tanggal 20 pada musim impugn, untuk memastikan kehadiran Impun di Sungai Cihara.

Khotib salah seorang warga Cihara yang tidak dapat bantuan dari pemerintah. Tubuh istri dan anaknya, murni, tidak tercemari oleh BLT (Bantuan Langsung Tunai) dan bantuan lainnya dari pemerintah. Itu lah mengapa, cerita hidup Khotib layak dan pantas diceritakan kepada yang terhormat semua, yang hidupnya tidak “ripuh-ripuh amat”.

Penulis : Ali Al-Fatih, Pertengahan Tahun 2023

Istilah-istilah

Teuger : aktivitas menangkap ikan dengan pancing, yang dibiarkan semalaman

Sirib : Alat tradisional untuk menangkap Ikan Impun, terbuat dari jarring halus

Jodang : aktivitas menangkap udang Lobster di Laut secara tradisional

Buwu : alat tangkap Ikan, yang terbuat dari anyaman lidi

Tags: ceritacommonsgobi amphidromousikankampungkisahlautlobsterruang hidupsungai
Previous Post

Peran Instruktur Dalam Proses Kaderisasi

Next Post

Lambatnya Upaya Penegakan Hukum, Mengakibatkan Korban Jiwa Terlebih Dahulu

Next Post
Doc. Juanda

Lambatnya Upaya Penegakan Hukum, Mengakibatkan Korban Jiwa Terlebih Dahulu

Comments 2

  1. Elod says:
    8 bulan ago

    Tolong dong itu saudara yang mulia pemangku kebijakan yang ada diwilayahnya khotib rada ditoel,juga kepada kaula muda yang gemar membaca dengan ribuan buku koleksinya agar sekiranya bisa bersuara membantu khotib,,,jangan diem diem bae

    Balas
    • Sanggabuana says:
      8 bulan ago

      mari sama sama toel a hahaha

      Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Stay Connected test

  • 23.9k Followers
  • 99 Subscribers
  • Trending
  • Comments
  • Latest
Pangauban Sanggabuana : Ruang Hidup Sanggabuana

“Pangauban Sanggabuana” : Ruang Hidup Sanggabuana

Oktober 11, 2024
Festival Santri Lebak 2024

Festival Santri Lebak Tahun 2024 : Ada “Wali” di Tengah Santri dan TNI

Oktober 15, 2024
Catatan Album Kegiatan : Syawalan Gen-Z Cilangkahan

Catatan Album Kegiatan : Syawalan Gen-Z Cilangkahan (Pegiat Muda Cilangkahan)

April 11, 2025
Foto - KTLV Leiden University Liberaries (digitalcollections.universiteitleiden.nl) : Inheemse zeilboten bij Laboehan aan de Westkust van Bantam, Th.1872 (Perahu layar pribumi di Labuan di Pantai Barat Banten, Tahun 1872)

Keruntuhan dan Luruh Luluhnya Laut Ku : Banten dan Sebuah Album, 1872 – 1937 Masehi

November 1, 2024
Pentingnya Perbukitan Karst di Cirinten : Karst Cibarani

Pentingnya Perbukitan Karst di Cirinten : Perbukitan Karst Cibarani

3
Kampung, Sungai dan Laut : Khotib

Kampung, Sungai dan Laut : Khotib

2
Mitos Impun : Ikan Gobi Amphidromous

Mitos Impun : Ikan Gobi Amphidromous

2
Foto - KTLV Leiden University Liberaries (digitalcollections.universiteitleiden.nl) : Inheemse zeilboten bij Laboehan aan de Westkust van Bantam, Th.1872 (Perahu layar pribumi di Labuan di Pantai Barat Banten, Tahun 1872)

Keruntuhan dan Luruh Luluhnya Laut Ku : Banten dan Sebuah Album, 1872 – 1937 Masehi

2
[Orasi Ilmiah] Trans-Nasionalisasi Gerakan Sosial, Institusionalisasi Hak Petani Dan Kontra-Hegemoni Global

[Orasi Ilmiah] Trans-Nasionalisasi Gerakan Sosial, Institusionalisasi Hak Petani Dan Kontra-Hegemoni Global

Mei 22, 2025
Kejadian banjir di Kecamatan Cibeber, Kab. Lebak.

Kerusakan Lingkungan & Pilkada

April 19, 2025
Kelompok Warga Kampung Pemburu Babi Hutan

“Tim Ahok” : ‘Kelompok Pemburu Babi’

April 9, 2025
Catatan Album Kegiatan : Syawalan Gen-Z Cilangkahan

Catatan Album Kegiatan : Syawalan Gen-Z Cilangkahan (Pegiat Muda Cilangkahan)

April 11, 2025

Recent News

[Orasi Ilmiah] Trans-Nasionalisasi Gerakan Sosial, Institusionalisasi Hak Petani Dan Kontra-Hegemoni Global

[Orasi Ilmiah] Trans-Nasionalisasi Gerakan Sosial, Institusionalisasi Hak Petani Dan Kontra-Hegemoni Global

Mei 22, 2025
Kejadian banjir di Kecamatan Cibeber, Kab. Lebak.

Kerusakan Lingkungan & Pilkada

April 19, 2025
Kelompok Warga Kampung Pemburu Babi Hutan

“Tim Ahok” : ‘Kelompok Pemburu Babi’

April 9, 2025
Catatan Album Kegiatan : Syawalan Gen-Z Cilangkahan

Catatan Album Kegiatan : Syawalan Gen-Z Cilangkahan (Pegiat Muda Cilangkahan)

April 11, 2025

Follow Us

Browse by Category

  • Analisis
  • Artikel
  • Cerita
  • News
  • Opini
  • Publikasi
  • Repostase Kampung
  • Riset
  • Tadarus Buku
  • Uncategorized

Recent News

[Orasi Ilmiah] Trans-Nasionalisasi Gerakan Sosial, Institusionalisasi Hak Petani Dan Kontra-Hegemoni Global

[Orasi Ilmiah] Trans-Nasionalisasi Gerakan Sosial, Institusionalisasi Hak Petani Dan Kontra-Hegemoni Global

Mei 22, 2025
Kejadian banjir di Kecamatan Cibeber, Kab. Lebak.

Kerusakan Lingkungan & Pilkada

April 19, 2025
  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Terms & Conditions
  • Contact

© 2024 Suarasanggabuana - All Rights Reserved.

No Result
View All Result
  • Home
  • Narasi
    • Artikel
    • Opini
  • Puisi
  • Umum
  • Publikasi
  • Kirim Tulisan

© 2024 Suarasanggabuana - All Rights Reserved.