Narasi – Analisis : Ikan yang berada di Sungai berasal dari Laut. Hal itu terjadi karena seleksi dan penyesuaian-penyesuaian Larva Impun ketika perjalanan menuju Sungai.
Pembuka : Mengenai Gobi Amphidromous (Impun)
Ikan gobi amphidromous adalah ikan gobi yang memiliki siklus hidup amphidromik, yaitu bermigrasi secara teratur antara air tawar dan air asin. Migrasi ini bukan untuk tujuan berkembang biak, seperti pada ikan anadromus dan katadromus. Ikan gobi yang ditemukan di pulau-pulau vulkanik di Pasifik menunjukkan siklus hidup amphidromik. Salah satu spesies ikan gobi air tawar adalah Stiphodon surrufus, yang pertama kali ditemukan di Filippina pada tahun 1995.
Keluarga ikan Gobiidae menyebar pada perairan dangkal tropis dan subtropis, dan mendiami hampir seluruh habitat benthic mulai dari perairan tawar, intertidal sampai ke lepas pantai dengan kedalaman lebih dari 500 meter. Ikan Goby dapat ditemukan pada dasar perairan dengan substrat yang bervariasi seperti dasar berlumpur, berbatu, dan hamparan karang. Sebagian ikan Goby mendiami air tawar, sebagian bermigrasi antara air tawar, payau dan laut (Murdy, 2002). Menurut Hadiaty et al. (2018), ikan Gobiidae air tawar di perairan tropis, sekitar 90% dijumpai di perairan IndoPasifik, hanya 10% saja yang dijumpai di perairan Atlantik dan wilayah Karibia. Dalam siklus hidupnya, ikan goby memiliki tipikal migrasi dengan pola amfidromus (Keith, 2003). Di Indonesia, spesies ikan ini bisa dijumpai di beberapa wilayah. Salah satunya di pesisir pantai Selatan Lebak – Banten.
Mitologi Impun

Foto Impun : Jenis Gobi Amphidromous di Sungai Cihara Lebak – Banten
Impun berasal dari larva, hasil penetasan sejumlah Ikan Laut. Ikan-ikan di Laut bertelur pada kedalaman 25 – 60 depa (deupa, ukuran tradisional Orang Kampung). Pada kedalaman ini, berbagai jenis Ikan Laut bertelur di beberapa titik pada kedalaman ini. Umumnya, ikan yang paling banyak mengeluarkan telur adalah Ikan Beca atau Ikan Indosiar (istilah Orang Kampung). Sehingga, para Nelayan di masa lalu, sering menjumpai telur Ikan Beca, mengambang, tersangkut pada kayu-kayu yang hanyut di Laut. Kondisi ini, mendorong munculnya istilah “Endog Beca, Pi Impuneun” (Telur Ikan Beca, akan menjadi Impun).
Di perairan Laut pada kedalaman di atas, kumpulan telur dari berbagai jenis Ikan yang belum diketahui jenis-jenisnya, menetas. Arus Air Laut dan Angin (angina Barat) mendorong Larva Impun menuju Muara. Sejumlah telur yang belum menetas, juga ikut terdorong ke perairan Laut yang lebih dangkal. Karena arus air laut dan angin. Koloni larva Impun, cendurung naik keperairan laut dangkal hingga muara, menghindari karang-karang. Karena, larva Impun menghindari pemangsa, ikan-ikan karang.
Larva Impun, yang telah menetas pada kedalaman Laut di atas, akan menyebar keberbagai penjuru, setelah menetas. Umumnya, larva Impun di laut selatan Pulau Jawa, khususnya Lebak, bisa dijumpai di daerah pesisir Ujung Genteng Jampang (Cikaso-Lawang Jampang) dan sedikit di muara binuangeun (muara-talanca). Kehadiran Larva Impun dengan jumlah besar, bisa dijumpai sejak muara Sungai Cihara, Sungai Cisiih, Sungai Cimadur, Sungai Cipanngah, hingga muara sungai di daerah Pelabuhan Ratu, misal, muara Sungai Cimaja dan sekitarnya.
Larva Impun, akan naik terus menuju muara hingga masuk ke Sungai. Di Muara, terjadi seleksi pada larva Impun. Larva yang tertahan di perairan Laut dan berhasil bertahan akan menjadi sejumlah Ikan Laut. Larva Impun yang berhasil masuk keperairan Sungai (Air tawar) akan menjadi berbagai jenis Ikan Sungai atau Ikan Air Tawar. Seperti Ikan Menga, Boboloso, Cene dan lainnya (istilah kampung). Bentuk larva Impun, terdiri dari dua bentuk. Bentuk pendek seperti Ikan pada umumnya, dan bentuk panjang seperti jenis ikan belut, oleh Orang Selatan Lebak disebut dengan Impun Lubang (gobi sidat/belut).
Terdapat berbagai cerita mengenai Impun dalam kehidupan orang kampung. “Menurut narasumber, Larva Impun yang tertahan dan bertahan di Laut, menjadi Ikan pepetek, lubang laut, tembang dll. Larva Impun yang berhasil masuk kemuara dan perairan Sungai, menjadi Ikan menga, cene, salusur, elod (anak sidat), rarak (jenis belut), corncang, boboloso dan lainnya (istilah kampung)”.
Aki Agus (Aki Agus) – Catatan Lapangan, 20 Agustus 2023 (Panggarangan)
Selain itu, ada mitologi Impun dari narasumber lainnya;
“Impun, antar sesamanya (larva Impun), balap dari Laut menuju hulu Sungai. Impun, yang berhasil sampai ke hulu Sungai lebih awal, akan menjadi Raja (mungkin Raja Ikan)”. Kemudian,
“Di Hulu Sungai Cihra, terdapa berbagai jenis Ikan Laut hidup di Hulu Sungai Cihara.”
“Dahulu, menjelang tanggal 25 (Hijriyah), di bulan-bulan musim Impun, terdengar suara “Berrr” (gemuruh-gematar) dari arah Laut, pada malam hari. Menurut cerita tetua Kampung, suara itu berasal dari telur Impun yang menetas. Saat ini, suara tersebut sudah tidak lagi terdengar. Entah karena sudah tidak terjadi lagi, atau memang karena sudah jarang Orang Kampung memperhatikan suara Laut di malam hari.”
“Dahulu, larva Impun yang bermigrasi ke Sungai, jumlahnya banyak, hingga membentuk seperti batang Kelapa yang berjalan menuju hulu Sungai. Untuk menangkapnya, para penangkap harus melempar koloni larva Impun di Sungai dengan Batu. Agar, Impun terpisah untuk sementara, kemudian di tangkap dengan alat tangkap dan tidak merusak alat tangkap. Jika, dilakukan tidak dengan cara demikian, alat tangkap Impun akan rusak. Itu dahulu, ketika Impun masih Banyak.”
Pak Sampir – Catatan Lapangan, 6 Agustus 2023 (Cihara)
Hipotesis : Bahan Uji Ilmu Ikan Sekolahan (Formal)
Dari cerita mitologi Impun di atas, sementara menuju pada kesimpulan umum bahwa, Ikan yang berada di Sungai berasal dari Laut. Hal itu terjadi karena seleksi dan penyesuaian-penyesuaian Larva Impun ketika perjalanan menuju Sungai. Kemudian, dari bentuk umum jenis Ikan yang hidup di Sungai (Air Tawar) beberapa Ikan memiliki kesamaan bentuk dengan Ikan yang hidup di Laut.
Kemudian, pada mitologi yang kedua (catatan lapangan, cihara). Terdapat pernyataan – mitos “Di Hulu Sungai Cihra, terdapa berbagai jenis Ikan Laut, hidup di Hulu Sungai Cihara”. Mitos ini, mengisyaratkan bahwa, yang dimaksud Ikan Laut yang hidup di hulu Sungai Cihara tesebut adalah asal induk Ikan Laut yang bertelur, kemudian menetas dan larva Impun nya berhasil bermigrasi sampai ke Hulu Sungai Cihara.
Kita tau, atau pernah mendengar bahwa beberapa ilmuan, terutama Ilmu Alam berhasil menemukan teori-teori berangkat dari cerita mitos-mitos, mitologi-mitologi. Dari cerita tersebut, mereka masuk ke ruang penasaran yang dalam. Kemudian, berlanjut pada observasi, uji coba berulang kali. Selanjutnya, sampai pada tahap keberhasilan dan dijadikan sebuah teori. Dari berbagai literature kita bisa temukan fakta-fakta tersebut.
Pada kasus Impun, kiranya hipotesis yang bersandar pada cerita, mitologi-mitologi, patut kita perdalam menuju langkah yang lebih nyata. Sehingga, kita bisa masuk pada kesimpulan teori yang dapat diuji. Atau, sampai pada kesimpulan kebenaran mengenai kesimpang-siuran cerita Impun. Tentu, jika kita mau membongkar persoalan ini dengan radikal, kita mesti kembali terlebihdahulu pada teori evolusi Darwin.
Pertanyaan-pertanyaan
- Kumpulan telur yang menetas menjadi larva Impun, terdiri dari telur jenis Ikan apa saja?
- Bagai mana pola bertelurnya (di Laut)?
- Bagaimana proses seleksinya (di Sungai dan Laut)?
- Bagaimana proses evolusi – penyesuaiannya (di Sungai dan Laut)?
- Apakah migrasi Impun-impun sampai ke hulu Sungai?
Penutup : Menjaga Alam Menjaga Impun – Menjaga Kehidupan

Potret penangkap Impun, sedang mengayuhkan jala (sirib). Muara Cihara, pertengahan Tahun 2023
Bahwa, keberadaan Impun, tergantung oleh dua hal. Pertama, kondisi Sungai yang baik dan kedua kondisi Laut yang Baik. Jika, Sungai dan Laut dalam kondisi baik. Maka, keberadaan Impun akan baik (banyak). Penangkap Impun, akan mendapatkan penghasilan lebih baik karena tangkapan Impunnya banyak. Sehingga, dapat memberi makan Anak dan Istrinya. Namun, jika sebaliknya, kondisi Sungai dan Laut yang buruk akan membuat kehidupan Penangkap Impun dan Keluarganya menjadi miskin.
Secara otomatis, kerusakan Sungai akan berlanjut pada rusaknya Laut. Begitupun sebaliknya. Rusaknya Sungai dan Laut akan merusak dapur-dapur Rumah Penangkap Impun. Adakah pengetahuan dari berbagai kelompok berpihak pada keberlangsungan Sungai dan Laut. Dengan demikian, ia turut memperbaiki lingkungan dan kehidupan Penangkap Impun dan Keluarganya.
Terakhir, kalaupun hipotesis di atas, ternyata dibatalkan dengan berbagai tilikan dari berbagai argumentasi, teori-teori terkait. Terdpat hal yang tidak bisa dibantah oleh ragam macam teori mengenai Ikan-ikan. Itu adalah, bahwa, keberlangsungan Impun baik dan buruknya bergantung pada kondisi Sungai dan Laut. Kemudian, keberlanjutan hidup penangkap Impun dan seluruh keluarganya, bergantung pula pada kondisi Sungai dan Laut.
Penulis : Ali Al-Fatih
Referensi :
Indra R. N. Salindeho, 2021. Biodiversitas ikan Amfidromus Gobiidae di Perairan Indonesia
Aku pikir dan beranggapan ikan inpun adalah ikan air tawar yg berimigrasi ke lautan dan bertelur di lautan lalu menetas dan mereka berimigrasi ke sungai” dan menjadi indukan cikalbakal inpun itu sendiri..
Seperti ikan salmon.. dia adalah ikan air asin yg berimigrasi ke sungai untuk bertelur dan menetaskan telurnya di sungai atau air tawar lalu anakan ikan samon kembali pada asalnya yaitu air asin atau lautan
terimakasih, semoga bermanfaat.