Sekira pukul 2 siang Aku dikabari oleh seorang kawan, kami berencana untuk ngopi nanti malam.
Kopi Koboy. Lokasinya persis dekat pintu masuk stasiun Bandung bagian barat. Bangunannya tak lebih dari 4 x 4 meter persegi. Tempat ini menjadi pertemuan berbagai komunitas diBandung, mulai dari pendaki gunung, hingga Orang Indonesia (OI-Fansnya Iwan Fals).
Di tempat itulah aku berjumpa dengan Ellena. Perempuan semampai, kulitnya coklat langsat, kemanis-manisan. Tapi siapa sangka, ia petarung Karatedo juara 2 tingkat Provinsi Jawa Barat, dan Anggota Pendaki Koboi Indonesia (PKI).
Pantas saja kulitnya coklat langsat, mungkin banyak main dibawah matahari gumamku, dalam hati..
Malam itu, aku, Permana, dan Ellena ngobrol di lantai dua kopi koboi. Atap, meja, asbak, dan dindingnya dari kayu. Lampunya kuning remang-remang, menyelam direlung asmara.
Kami duduk melingkar kurang sempurna..
Berkat Permana, aku bisa berjumpa dengan Ellena. Perempuan yang mewarnai hari-hari berkepanjangan di Kota Kembang di masa ini. Permana, merupakan lelaki campuran Ciparay Bandung dan Menes Pandeglang. Tetapi ia lama tinggal di Cileles, Lebak Banten, Bapaknya pegawai Negeri.
Saat itu ia bekerja di Toko Sepatu kelontongan dibilangan Gede Bage. Sepatunya buatan lokal, produk andalan Kota Kembang, Cibaduyut.
Kami bertiga hanyut dalam temaran malam, suara Ellena silih berganti dengan garang jalanan.
Hal yang sulit ku lupakan dari Ellena, walau bertahun kemudian ..
Pertemuanku dengan Ellena di Kopi Koboi adalah semerbak bunga dihantam musim gugur empat tahun lamanya …
Lanjut besok ya hi-hi-hi
Penulis adalah Adipati Kahlila Deba (Kolumnis Suara Sanggabuana)